Category: edelweisskids


Edelweiss Kids
Cilik-Cilik Punya Karya: Yola’s Amazing Discovery
Penemuan Rahasia yang Mencengangkan

Pengarang: Dita, 10 tahun
Format: 14,5 x 21 cm
ISBN: 978-602-8672-40-5
Jumlah halaman: 106
Harga: Rp24.000,-
Soft cover
Terbit: 13 Januari 2012

Normatania Permata Salsabila, itu nama lengkapnya. Nama panggilannya Yola. Anaknya jahil. Dia sering membuat eksperimen hebat di laboratoriumnya.

Enggak percaya? Yuk kita intip satu per satu.

Kain Menangis
Ini adalah eksperimen pertama Yola. Di sekolah Yola ada anak laki yang nakal. Namanya Reza. sering mengganggu anak perepuan atau anak laki-laki lain yang tidak masalah lain sebelumnya. Dan, Yola pun beraksi dengan kain menangis ciptaannya, Yola berhasil menyadarkan Reza dan mengubah sifatnya yang jahat menjadi anak baik.

Rubik tiga warna menjadi eksperimen kedua Yola. Kali ini, bersama kedua temannya, Yola menciptakan rubik tiga warna. Warna rubik Yola berubah menjadi biru saat dimasukkan ke air dingin, berubah menjadi kuning saat dimasukkan ke air hangat, berubah menjadi hijau saat dimasukkan ke air biasa.

Berkat gula. Bagian ini sebenarnya memanfaatkan kecerdikan Yola. Dia menggunakan gula untuk mengalihkan semut-semut.

Selanjutnya adalah gas ketawa. Dengan gas ini Yola berhasil membuat temannya yang semula diam tertawa.

Roti pedas mau bicara. Nah, kalau yang satu ini dipakai Yola untuk membuat temannya yang pendiam menjadi mau bicara. Agak usil sih tapi … lucu. Yola juga tuliskan resep dan cara membuat roti pedas ini buat kamu. Setelah memakan roti itu, Katia, teman Yola yang pendiam, akhirnya mau bicara dan enak diajak ngobrol.

Tidak berhenti sampai di situ, Yola beraksi dengan membuat susu pemutih badan. Keinginan memiliki kulit putih dan bersih ternyata tidak hanya menghinggapi orang dewasa. Anak-anak seusia Yola dan teman-temannya juga pengin punya kulit putih. Mereka secara khusus meminta Yola untuk melakukan eksperimen menciptakan produk pemutih badan. Yola memberi nama hasil eksperimennya itu susu pemutih badan.

Pada dasarnya Yola senang menolong orang lain. Ia menggunakan benda-benda ciptaan hasil eksperimennya untuk menolong teman-teman dan orang lain.

Ada kalanya Yola tidak bereksperimen untuk menolong orang lain. Salah satu contohnya adalah membantu Pak Malik untuk menjadi penulis cerita anak-anak.

Setelah berhasil menolong Pak Malik, cerita ini diakhiri dengan kisah Yola yang ikut lomba sains.

Melalui cerita ini, Dita Indah Syaharani ingin menyampaikan pesan bahwa dalam bergaul tidak hanya diperlukan kecerdasan intelegensia tetapi juga kecerdasan emosional.

Dengan menggunakan alur maju, Dita bisa menuliskan imajinasi dalam cerita yang mengalir. Walaupun usia penulisnya baru sepuluh tahun, Dita bisa ‘menghipnotis’ pembaca untuk terus membaca sampai di halaman akhir.

Tak ada gading yang tak retak, demikian pula karya pertama Dita. Walaupun ceritanya cenderung tidak masuk akal bagi orang dewasa (catat: kemampuan imajinasi seseorang akan berkurang ketika menginjak dewasa), cerita imajinasi Dita sangat pas dibaca oleh anak-anak seusia Dita.

Happy reading!

s^_^p

KCPK: Pelukis CIlik

Pengarang: Billy dan Sucia
Format: 14,5 x 21 cm
ISBN: 978-602-8672-47-4
Jumlah halaman: 150
Harga: Rp26.000,-
Soft cover
Terbit: 12 Maret 2012
Kode buku: XP-06

Namanya Kevin. Selain jago akademik, ia pandai melukis. Karena kecintaannya pada lukis, ia sampai-sampai masuk ke sekolah seni. Nama sekolahnya Spectra Art School.

Pelajaran di SAS tidak melulu tentang seni. Seluruh siswanya juga belajar matematika, fisika, dan bahasa. Hanya saja di SAS, bakat dan minat seni setiap siswanya terasah dan diarahkan dengan baik.

Di sekolah barunya, Kevin berkenalan dengan banyak teman. Bakat teman-teman Kevin tidak smeuanya sama lho. Masing-masing punya bakat dan minat yang berbeda.

Singkat cerita, Kevin bersahabat dengan Bella dan Gio.

Suatu ketika, Kevin mendapat tantangan dari kepala sekolah untuk mengikuti lomba melukis tingkat internasional. Tapi, lomba itu harus diikuti dalam grup. Wah, wah, tantangan dobel.

Mau tak mau Kevin dan teman-teman berlatih giat melukis.

Karakter setiap tokohnya kuat. Bella yang centil, Gio yang karismatik, Kevin yang peragu, dan Harves yang koleris tergambar dengan baik melalui dialog dan narasi.

Narasinya mengalir. Sedikit flash back membuat cerita ini semakin menarik dan mengalir tidak membosankan.

Beberapa pesan moral yang bisa diambil dari cerita ini adalah sebagai berikut:

1. bersahabat tetapi tetap menjadi diri sendiri
seringkali, kita janjian memakai baju atau aksesoris berwarna sama dengan sahabat kita. Entah itu bando, sepatu, kaos kaki, gelang, atau tempat pensil. Nah, di buku ini Billy dan Sucia berhasil menujukkan bahwa sekalipun bersahabat, kita enggak harus punya minat yang sama.

2. Mimpi bisa menjadi nyata dengan usaha dan kerja keras.

3. Melukis bersama-sama selain bisa mewujudkan kekompakan juga menambah variasi lukisan kita.

4. Prestasi bukan hanya di bidang akademis.

Tentang Penulis
Halo semua! Namaku Billy Briliant. Aku kini bersekolah di SMP N 1 Majenang, tepatnya kelas 8A. Kritik dan masukan dari teman-teman kirimkan saja ke bil_ly@live.com. Ikuti tulisan di blog pribadiku: http://sahabatbilly.blogspot.com ya!

Hai, namaku Sucia Ramadhani, cukup dipanggil Sucia. Aku bersekolah di SMA Negeri 5 Bogor, kelas 10. Ini adalah karya keenamku yang diterbitkan. Kritik, saran, atau pertemanan bisa dikirimkan ke suciaramadhani@yahoo.com. Tunggu karyaku berikutnya, ya!

happy reading!

s^_^p

CCPK: Neo Tri N

Pengarang : Azzah Hanifah
Format : 14,5 x 21 cm
ISBN : 978-602-8672-39-9
Jumlah halaman : 116
Harga : Rp 22.000,-
Soft cover
Terbit : November 2011
Kode buku : XN-05

Bersaudara kembar pasti asyik. Bisa ke mana-mana berdua, bisa curhat-curhatan, bisa dandan bareng, atau bisa juga main sepak bola bareng. Sayangnya, kita sering lupa kalau kembar itu tetap dua individu yang berbeda. Itu artinya, kalau kamu kembar, belum tentu kamu punya hobi yang sama dengan kembaranmu. Belum tentu juga bakat kamu sama dengan kembaranmu. Misalnya, kamu hobi baca eh ternyata kembaranmu punya hobi traveling. Atau, kamu punya bakat di musik, tapi kembaranmu enggak bisa sama sekali baca not atau menyanyi. Namun, sering kali lingkungan kita menganggap bahwa kembar itu identik: hobi sama, bakat sama, warna favorit sama, atau parahnya kembar dianggap sama-sama pintar. Percaya atau enggak, anak kembar enggak suka loh kalau dipakaikan baju yang sama dengan kembarannya. 😉

Nah, ide cerita inilah yang diangkat oleh Azzah Hanifah, 12 tahun, di buku pertamanya yang berjudul Neo TriN.

Dikisahkan di dalam bukunya, ada Nae dan Nei. Mereka bersaudara kembar. Nae berbakat di bidang musik dan akademik, sementara Nei senang menulis puisi dan nilai akademiknya rata-rata.

Orang-orang di sekitar Nae dan Nei cenderung membandingkan Nei dan Nae. Mereka juga mengenal Nei karena ketenaran Nae. Nei tidak suka diperlakukan seperti itu. Ia sering menuliskan semuanya di diarinya yang dinamainya DIFA TASUKA.

Nae terkenal sebagai penulis cilik, sedangkan Nei senang bermusik. Nei menulis sendiri syair lagu-lagunya. Suatu ketika, saat Nae launching buku, Nei datang dengan menyamar. Tanpa diduga, Nae memperkenalkan Nei sebagai kembarannya dan sedang menggarap album. Nei kaget bukan kepalang. Audiens yang hadir pun bertepuk riuh.

Sejak saat itu, Nei yang selalu sebal pada Nae karena selalu ‘kalah’, mengubah sikapnya. Ia menjadi lebih bersahabat.

Cerita Azzah tidak berhenti sampai di situ. Ibu Nae dan Nei sakit dan dirawat di rumah sakit. Pengobatan ibu Nae dan Nei memerlukan biaya yang sangat besar. Untuk membiayai pengobatan ibu, mereka terpaksa pindah rumah.

Di situlah mereka berkenalan dengan seorang anak perempuan bernama Namira. Namira atau Mira punya suara yang merdu. Singkat cerita, Mira direkrut Nei dan Nae untuk bergabung dalam grup mereka.

Saat semuanya seolah berjalan tenang, tersingkaplah sebuah rahasia yang sangat tidak Nei duga sebelumnya. Rahasia itu tentang Nae.

Untuk anak berusia 12 tahun, kehebatan Azzah Hanifah menjalin konflik patut diacungi jempol. Ceritanya mengalir tidak membosankan.

Ada satu quote menarik. Quote ini diucapkan guru baru Nei saat baru masuk kelas Nei. Nei yang tidak suka matematika dan bahasa indonesia jadi semangat belajar kedua pelajaran itu.

“Jika kamu ingin menguasai satu pelajaran, kamu harus menyukai orang yang memberi pelajaran itu terlebih dulu ….”

Happy reading!
s^_^p

Pengarang : Feonie Audina
Format : 14,5 x 21 cm
ISBN : 978-602-8672-36-8
Jumlah halaman : 108
Harga : Rp 21.000,-
Soft cover
Terbit : November 2011
Kode buku : XS-08

ini adalah kisah tentang sebuah girlband bernama Supergirl yang sedang naik daun. sayangnya, ada saja girlband lain yang tidak menyukainya dan berusaha menjatuhkannya. girlband ini sampai-sampai memberikan tantangan untuk Supergirl.

buku yang dibandrol dengan harga dua puluh satu ribu rupiah ini mendeskripsikan imajinasi feonie audina tentang girlband. konfliknya jelas dan emosi tokohnya diungkapkan ekspresif melalui dialog-dialog dan narasi. walau nyaris mirip dengan sinetron dan tanpa makna, kekompakan dan keberanian menjadi pesan moral utama yang disampaikan Feonie Audina melalui karya ketiganya ini.

you (really) need haters to be famous.

happy reading!

s^_^p

KCPK: Cooking Show

Format : 14,5 x 21 cm
ISBN : 978-602-8672-37-5
Jumlah halaman : 80
Harga : Rp 18.000,-
Soft cover
Terbit : November 2011
Kode buku : XC-05

Mengikuti tren saat ini, buku karya Alinda Putri Dewanti terasa sangat pas! Pas momen! Enggak heran kalau buku ini laris manis di pasaran.

Namanya Cika. Sekolahnya di SDS Cooking Show. Dari nama sekolahnya sudah pasti ketahuan kalau sekolah ini khusus untuk pecinta kuliner seperti Cika. Di sini, Cika bersahabat dengan Citra yang juga suka memasak.

Selain bersahabat dengan Citra, Cika juga bersahabat dengan anak-anak lain. Di buku ini disebutkan ada beberapa nama lain. Itu artinya, Cika tidak menutup persahabatan dengan anak lain. 🙂

Membaca tulisan Alinda seolah membawa kita-orang dewasa- untuk tenggelam di dalam dunianya. Di buku ini, Alinda juga mengangkat kebencian dan iri hati dari teman-teman Cika. Alasan utamanya tak lain adalah karena nilai-nilai ujian memasak Cika yang selalu unggul dibanding teman-temannya.

Cika menyebut teman-teman yang tidak menyukainya dengan kata ‘musuh’. Walaupun terasa kurang mendidik, tetapi percaya atau enggak kata ini familiar di telinga, bahkan kita pun sering memakainya untuk menyebut orang-orang yang tidak menyukai kita. 😀

Pesan moral yang sangat jelas terbaca adalah sikap Cika yang tidak membalas kebencian dengan kebencian. Sekalipun diancam untuk tidak mengikuti lomba memasak, Cika tidak takut. Ia yakin bahwa dirinya benar dan tetap ikut lomba memasak. Pada akhirnya kebenaran dan sikap sportiflah yang menang.

Oh ya, pernah nonton acara masak di televisi, kan? Chef Juna, Chef Vindex, dan Chef Marinka disebut-sebut, loh, di buku ini!

Happy reading!
s^_^p